September 25, 2005 | 4:28:00 PM

Perkenankanlah aku mencintai-Mu semampuku


Tuhanku,
Aku masih ingat, saat pertama dulu aku belajar mencintaiMu. Kajian demi kajian tarbiyah kupelajari, untai demi untai kata para ustadz kuresapi.Tentang cinta para nabi, tentang kasih para sahabat, tentang muhabbah orang shalih, tentang kerinduan para syuhada. Lalu kutanam di jiwa dalam-dalam, kutumbuhkan dalam mimpi idealisme yang mengawang di awan.

Tapi Rabbi....Berbilang hari demi hari dan kemudian tahun berlalu, tapi aku masih juga tak menemukan cinta tertinggi untuk-Mu, aku makin merasakan gelisahku memadai dalam cita yang mengawang, sedang kakiku mengambang. Hingga aku terhempas dalam jurang dan kegelapan.Allahu Rahiim, Illahi Rabbii, perkenankanlah aku mencintai-Mu semampuku....Perkenankanlah aku mencintai-Mu, sebisaku. Dengan segala kelemahanku.

Ilaahi aku tak sanggup mencintai-Mu dengan kesabaran menanggung derita.Umpama Nabi Ayyub, Musa, Isa hingga Al-Mustafa. Karena itu ijinkan aku mencintai-Mu melalui keluh kesah pengaduanku pada-Mu, atas derita batin dan jasadku, atas sakit dan ketakutanku.Rabbii, aku tak sanggup mencintai-Mu seperti Abu Bakar, yang menyedekahkan seluruh hartanya dan hanya meninggalkan Engkau dan RasulMu bagi diri dan keluarganya. Atau layaknya Umar yang menyerahkan separo hartanya demi jihad. Atau Ustman yang menyerahkan 1000 ekor kuda untuk syiarkan Dien-Mu. Ijinkan aku mencintai-Mu, melalui 100-500 perak yang terulur pada tangan-tangan kecil di perempatan jalan, pada wanita-wanita tua yang menadahkan tangan di pojok-pojok jembatan. Pada makanan-makanan yang terkirim ke handai taulan.

Illahi, aku tak sanggup mencintaiMu dengan khusyuknya shalat salah seorang sahabat nabiMu, hingga tiada terasa anak panah musuh terhujam di kakinya. Karena itu Ya Allah, perkenankanlah aku tertatih menggapai cintaMu, dalam shalat yang coba kudirikan dengan terbata-bata, meski ingatan kadang melayang ke berbagai permasalahan dunia.

Rabbii, aku tak dapat beribadah ala orang-orang shalih atau bagai para al hafidz dan hafidzah yang membaktikan seluruh malamnya untuk bercinta denganMu dalam satu putaran malam. Perkenankanlah aku mencintaiMu, melalui satu - dua rakaat sholat lailku, atau sekedar sunnah nafilahku, selembar dua lembar tilawah harianku. Lewat lantunan seayat dua ayat hafalanku.

Yaa Rahiim, aku tak sanggup mencintaiMu semisal para syuhada, yang menjual dirinya dalam jihad bagiMu. Maka perkenankanlah aku mencintaiMu dengan mempersembahkan sedikit bakti dan pengorbanan untuk dakwahMu, dengan sedikit pengajaran bagi tumbuhnya generasi baru.Allahu Kariim, aku tak sanggup mencintaiMu di atas segalanya, ijinkan aku mencintaiMu dengan mencintai keluargaku, membawa mereka pada nikmatnya hidayah dalam naungan Islam, manisnya iman dan ketabahan. Dengan mencintai sahabat-sahabatku, mengajak mereka untuk lebih mengenalMu, dengan mencintai manusia dan alam semesta.Perkenankanlah aku mencintaiMu semampuku, Yaa Allah. Agar cinta itu mengalun dalam jiwa. Agar cinta ini mengalir di sepanjang nadiku.


Tak terasa air mata telah meleleh membasahi pipi saat kata demi kata, kalimat demi kalimat ini ku baca. Ah.....rasanya aku tak lagi mampu melihat wajahku sendiri di cermin karena ku lihat begitu banyak alfa dan lupa pada-Nya. Rabbi......semoga Engkau masih memberiku waktu untuk menghapus semua khilaf dan alfa itu agar aku pantas untuk meraih cinta_Mu

Terima kasih buat Kang Genibara lewat postingannya ini di milist Kuningan Asri, Insya Allah menjadi nasihat dan pengingat. Untuk itu ku muat kembali disini agar semakin banyak teman dan rekan yang bisa baca artikel ini. Khususnya untukku sendiri agar senantiasa selalu berlomba untuk meraih cinta-Nya


6 comments

September 24, 2005 | 9:37:00 AM

Shopping & Boring


Sepertinya shopping centre di sini ( Spore) tak kenal dengan istilah sepi pengunjung, baik pagi, siang atau malam hari sekalipun. Pusat-pusat perbelanjaan dari kelas wet market (pasar basah) sampai ke mall - mall selalu saja dijejali oleh pengunjung atau lebih tepatnya pembeli, apalagi saat weekend.

Tak heran jika Singapore menjadi salah satu tujuan wisata belanja. Begitu banyak shopping centre yang ada di negara ini, dapat dikatakan menjamur malah. Segalanya ada di sini benar-benar 'surga belanja' heheh...istilah apa ini...?


Ber-shopping ria adalah hiburan tersendiri bagi rakyat Spore setelah disibukan oleh aktifitas dan rutinitas, soalnya disini tak banyak wisata alam seperti di Indo. Tak heran jika setelah sekian lama tinggal disini kok pola hidupku menjadi konsumtif ya..., bahkan mungkin menjurus ke sifat boros, hah apaaaa...???

Saat di Bandung dulu perasaan paling banyak juga 1-2 kali pergi ke mall dalam satu bulan untuk berbelanja bulanan, selebihnya ya mengandalkan warung si tante Sembiring dekat rumah dan tukang bakul yang lewat, so...ga usah pake biaya akomodasi dan transportasi saat beli tempe dan ikan peda...*_*

Kalo disini....???
Setiap boring menyapa pasti segera diobati dengan jalan-jalan ke tempat keramaian atau shopping centre, akibatnya mau tak mau, ikhlas tak ikhlas musti keluar itu yang namanya biaya akomodasi dan transportasi tea, belum lagi kalo Halwa udah merengek minta dibeliin ini itu duh.....kacau dech dunia persilatan.

Tapi mau gimana lagi atuh? Mungkin cuma sebatas itu yang bisa dilakukan untuk mengusir kebosanan, coba kalau di Indo pasti sudah lari ke belakang rumah ngasih makan kucing, ayam, menyiram pohon mangga depan rumah atau....lari ke tempatnya bu Dedeh atau mas Indro untuk beli baksho paling enak di Cileunyi (hehehe....udah ada yang pernah nyoba...??? Pokokke rasanya menggigit banget dech ga bakalan nyesel....)

Murah meriah dan senyuman kembali sumringah setelah gerah dan gundah sama rutinitas
Aaah.....jadi mellow kieu nich dyakuh....


4 comments

September 19, 2005 | 5:23:00 PM

Jangan Kebablasan....!!!


Masuk penjara gara-gara nge-blog....??? Inilah yang dialami 2 warga Spore. Usia mereka masih relatif muda kalo ga salah yang satu berusia 24th dan 26th . Keduanya diciduk polisi karena dianggap mendiskriditkan salah satu suku dan agama yang ada di Spore yang mereka muat diblog masing-masing.
Duuh....ironis banget ya kalo gara-gara nge-blog harus masuk penjara....

Saya fakir perbedaan itu adalah hal yang biasa terjadi dalam kehidupan. Tak perlu memupuk benci dan antipati hanya karena seseorang atau sesuatu itu berbeda dengan kita. Bukankah kita selalu mencoba untuk menjadikan perbedaan itu sebagai rahmat...???

Ini pelajaran berharga buat kita semua para kaum blogger, nge-blog sih boleh-boleh aja asal jangan sampai kebablasan. Masih banyak segi positif yang bisa kita ambil dari aktivitas yang satu ini.
Niatkan saja nge-blog ini buat nyari kegiatan fositif, nyari ilmu. semakin banyak kawan dan saudara yang tiba-tiba menjadi merasa dekat walau hanya berjumpa di dunia maya.

Mari kita jadikan blog-blog kita sarana silaturahmi dan mengembangkan bakat curat coret atau sekedar tong sampah tempat luapan emosi dan isi hati, namun......sekali lagi jangan sampai kebablasan yang akhirnya membawa pada kebinasaan dan penyesalan.


4 comments

September 17, 2005 | 3:57:00 PM

Mie Tomyam Vs Durian


Ramadhan sudah menjelang hanya tinggal hitungan hari lagi, namun aku masih punya 2 hari qodo puasa pada saat itu. Alhasil pada hari Selasa minggu kemarin tanpa makan sahur ku niatkan untuk meng-qodo puasa yang harus cepat sebalum ramadhan tiba, kenapa tidak dari dulu aja dicicil Senin-Kamis untuk Qodo puasa ya..?

Menjelang maghrib si Akang ngajakin jalan2 ke wet market Bangkit dan hawker centre, kami pulang dengan membawa kantung kresek berisi 20 tusuk sate kambing, satu porsi mie tomyam dan durian. kemudian ku akhiri puasaku pada hari itu dengan menyantap hidadangan untuk berbuka yang ku beli tadi.

Waaah.....rupa-rupanya itu mie tomyam pueddeeeeesnya bukan main, beberapakali si akang mengingatkanku bahwa jangan dulu makan mie "hati-hat lho....perutnya kan kosong nanti kenapa-napa" katanya, tapi dasarnya aja ga nurut sama suami habisnya mie nya kok berasa seger banget ya dipakai buat berbuka asem-asem pedes...emmmh.....nikmat. malamnya kumakan durian yang belum tersentuh dari tadi, penasaran juga soalnya kelihatan enak.Besoknya aku keukeuh untuk kembali puasa tanpa sahur kembali walau si akang udah wanti-wanti jangan hari ini biar perutnya istirahat dulu katanya. Hasil dari semua itu ternyata kemarin pagi aku digiring untuk pergi ke Dr karena 2 hari ini badanku panas dingin dan maag ku kambuh. Perutku sakit bukan main, mual dan perih. (tuh..kan , kalo ga nurut sama misua ya begini....)

Di clinik aku ditangani seorang DR yang super duper baiiiik...., beliau begitu ramah, sopan dan bersahaja. Namanya DR Lim Yu Her seorang DR yang sangat fasih berbahasa melayu. Halwa malah seneng banget karena dia dikasih 2 permen sama beliau.
"emmmh enaaak....tapi ga bisa digigit...." Katanya sambil mulutnya kunyam kunyem mengulum permen.

Alhamdulillah....akhirnya sekarang aku sudah bisa nulis dan duduk di depan kompie lagi. Cuma kejadian ini membuatku maluuuu......sama si akang soalnya karena tidak mendengarkan kata2nya aku jadi digiring ke tempatnya DR Lim Yu Her dan bikin dia repot plus khawatir selama 4 hari ini.
Ga lagi-lagi dech makan pedes plus durian dengan perut yang sedang keroncongan.
Kapoooook......pok...pok....


5 comments

September 12, 2005 | 3:20:00 PM

Manusia Tak Pernah Puas


Banyak yang bilang bahwa yang namanya manusia itu tidak pernah merasa puas akan apa yang di raihnya, dalam segala hal. Yang miskin ingin kaya, yang kaya ingin semakin kaya, yang gemuk ingin kurus (hehehe...pengalaman pribadi, cita2 yang tak pernah kesampaian hiks...) yang kurus ingin agak gemuk, yang pendek ingin tinggi dan sebaliknya.
Duuuuh....itulah manusia.

Tak memungkiri akan opini banyak orang, soalnya ini terbukti ti...ti...ti... Beranda ini pun telah berubah wujud kembali padahal belum lama si hitam menghiasi beranda tapi...kok ya kesannya berandaku ini jadi mendung tak punya cahaya, akhirnya cari mencari.....setelah pusing 7 keliling jatuhlah pilihanku pada sebuah kursi yang pas banget sama tema blog ini.

Mohon maaf yang sebesar-besarnya kalau setiap tamu beranda merasa binun, kok kaya bunglon ya..berubah-rubah terus hehehe....
Semoga saja ini adalah akhir dari pencarian dan puncak dari kepuasan hati, soalnya cape juga pindahan blog ya... Wawa dan Si Akang jadi terbengkalai, duh....hapunten sumuhun.....shalih.. :)

So...selamat menikmati hasil ketidak puasan manusia yang satu ini ya...^_^


9 comments

September 07, 2005 | 10:23:00 PM

Merenda Kehidupan



Akan seperti apa kita nanti…???
Akankah kita menjadi seorang tua yang duduk santai di kursi goyang di teras rumah sembari mendengarkan anak cucu yang berceloteh tentang keberhasilan dan kejayaan yang mereka capai, atau bahkan….hanya menjadi seorang tua renta yang masih sibuk bekerja mencari sesuap nasi , berjuang melawan jaman yang kian tak berpihak.

Memandangi lorong kehidupan sama seperti tatkala kita berada di pintu masuk sebuah gua atau terowongan, jalan yang ada di hadapan begitu gelap gulita kita tak pernah tahu pasti apakah gua ini dalam atau tidak, apakah jalan yang akan kita tapaki nanti berliku dan panjang, atau apakah akan benar-benar ada titik yang kita tuju?

Untuk memastikan itu semua kita harus membekali diri dengan lentera atau lampu senter agar jalan dalam lorong terlihat, hingga kita tak perlu meraba-raba dan menduga-duga.

Masa nanti kita renda dan sulam hari ini…kita butuhkan berkantung-kantung perjuangan dan berjuta kesabaran. Terangi jalan kita untuk mencari titik harapan sambil tak lelah berdo’a memohon kepada-Nya. Semoga hari tua kita diwarnai senyuman.....amien


5 comments

September 01, 2005 | 10:03:00 PM

Suatu Senja di Rel Kereta



Bayangan itu masih tergambar jelas dalam ingatan, bayangan seorang lelaki bertubuh tegap, berkaca mata dan berkulit sawo matang. Kejadiannya sudah lama berlalu namun bayangan lelaki itu tak pernah terhapus dari dalam banak.

Langkahku tergesa-gesa menyusuri rel kereta di sebuah tempat yang teramat asing dan baru pertama kali ku injak. Hari sudah hampir gelap saat itu, suara adzan Maghrib sudah mulai terdengar bersahutan dari beberapa mesjid atau mushala di perkampungan dekat rel kereta. Langkahku semakin tak teratur seirama dengan detak jantung yang bergemuruh keras, rasa takut menyerbu hebat. Keadaan begitu sunyi senyap, dan aku belum tahu dimana saat itu berada dan harus kemana ku temukan jalan menuju rumah . Tangan kecil yang kutuntun semakin ku pegang erat, Riri keponakanku yang baru berumur sekitar 5 tahun saat itu hanya diam seolah mengerti akan kebingungan dan ketakutanku.

Kakiku memdadak berhenti setelah sekian lama berjalan di tengah rel menyusuri kesunyian. Berbagai macam pikiran jelek bertubi-tubi hadir dalam kepala. Bagaimana kalau bertemu dengan orang yang berniat jahat?, bagaimana kalau tiba-tiba kereta lewat dan aku tak mampu untuk manghindarinya? dan…ah, begitu banyak pikiran jelek yang berkecamuk yang menjadikan kaki ini enggan untuk terus berjalan dan akhirnya memutuskan untuk berputar arah.

Dari kejauhan terlihat seorang lelaki berjalan menghampiri kami, tubuhnya tinggi besar mengenakan long jumper hijau tua sampai lutut, pegangantanganku semakin erat mengenggam tangan Riri yang terasa dingin. Saat itu aku telah siap untuk menerima kemungkinan buruk sekalipun. Apapun yang akan terjadi nanti adalah kehendak-Nya.

Ku coba tersenyun kearah lelaki itu saat ia tepat beada di depanku.
“Nak jangan berjalan di sini sangat berbahaya” sapanya ramah . Kecurigaanku padanya sirna seketika. Segera ku tanyakan padanya kemana jalan menuju jalan raya menuju jatinegara. Ia menunjuk pada salah satu gang besar yang ada tak jauh dari tempat kami berdiri.
“Masuk saja gang itu…kemudian lurus, kira2 500m sudah sampai di jalan besar, naik saja mikrolet no 10 dan turun di stasiun Jatinegara” sambungnya lagi.

Aku terdiam sejenak, darimana ku dapatkan uang untuk ongkos? Saat itu tak sepeserpun rupiah ku miliki. Dompet dan tasku semua ku titipkan pada adik bungsuku saat di kereta tadi. Kereta saat itu penuh sesak, ada KRL yang rusak dan penumpangnya semua dialihkan pada kereta yang kami tumpangi dari stasiun kota. Akhirnya kami berjejalan dalam satu kereta. Dan naasnya aku berdiri tepat didepan pintu, jadi saat kereta berhenti badanku tak mampu menahan arus penumpang yang berjejal keluar dan akhirnya aku tertinggal karena kereta sudah kembali melaju sebelum aku sempat naik kembali.

“Adek tak punya ongkos…?” suara lelaki itu membuyarkan lamunanku
“Iya..” jawabku pendek
“Ini…pakai saja buat ongkos” lelaki itu mengulurkan selembar uang seribuan dari dalam sakunya.
“Terima kasih banyak Pak…” jawabku sambil terisak


Matahari sudah sampai di peraduannya saat aku tiba di rumah pakde ku di Jatinegara. Kehadiranku disambut dengan tangis oleh seisi rumah.

Ini terjadi sekitar tahun 1997 saat aku masih kelas 2 SMU saat itu.
Ah…, terima kasih Ya..Allah..Engkau telah mempertemukanku dengan hamba-Mu yang shalih pada senja itu di rel kereta. Tak pernah terbayang olehku jika saat itu aku bertemu dengan orang yang berniat jahat,
naudzubillah…

Terima kasih banyak pak…atas semua kebaikan yang telah bapak buat, semoga Allah swt akan membalasnya dengan seribu kebaikan dan seribu kebahagian … Amien.


7 comments