February 12, 2009 | 7:41:00 AM

Halwa, sang motivator kecilku


Hari masih pagi, namun Halwa sudah siap sedia dengan seragam putih merah lengkap dengan rompi dan dasinya. 3 buah sosis goreng serta segelas susu coklat sudah berhasil membuat taburan bedak di sekitar mulutnya jadi acak-acakan.

Mandi sendiri, pakai kaus kaki sendiri dan bahkan memakai sepatupun dilakoninya sendiri. Walau dengan susah payah karena ternyata sepatu baru yang diperolehnya minggu lalu tak membuat Halwa nyaman untuk memakainya karena sedikit kebesaran, jadi sepatu hitam merk spooty tetap menjadi andalannya sampai sekarang.

Mematut diri di depan cermin adalah agenda acara selanjutnya. Om ujang, sopir jemputan sekolah Halwa agak terlambat menjemput hari ini. Tumben...padahal biasanya Halwa selalu dibuat sibuk karena seringkali jemputan datang disaat belum siap.
Harusnya teteh bilang ke om Ujang, jangan dijemput ke 2 soalnya teteh kan kasian mamah, sendiri aza di rumah, udah gitu ada adek baby nya...., komentarnya lucu.

Mah, uang jajan nya 2ribu aza yach...., teteh mau jajan 2ribu aza soalnya suka ilang terus. Ada yang ngodok kali...., jadi teteh simpan di saku dalam azza. tapi kurangnya mamah kasih buat jajan di warung teh ii yach.....!" ujarnya panjang lebar.
He he he...

Ach.... mamah sama bapak minta maaf yach teh!
Kadang teteh terlalu dituntut untuk serba bisa dan serba mampu. Menganggap teteh adalah seorang dewasa yang berbadan mungil. Mamah terlalu memaksakan teteh untuk mau mengerti akan keadaan.
Bukan karena mamah atau bapak tidak sayang ke teteh, tapi percayalah nak..., ini semua kami lakukan buat masa depan teteh.

Insya Allah mamah percaya dibalik semuanya pasti ada hikmah dan pembelajaran buat kita semua. Dan yang pasti mamah sangat bangga sama teteh, karena dibanding teman2 seusianya, teteh telah mampu menjadi anak yang baik dan sholihah. Kakak yang sangat sayang sama De Rara. Terima kasih ya teh..... karena dengan semangat yang teteh pompa, mamah senantiasa termotivasi dan kuat menjalani ujian panjang ini.


Untuk putri pertamaku tercinta
Halwa A. Nurdin


0 comments