February 18, 2009 | 8:32:00 PM

No Tobaco Please


Mau baby dan anak-anak kita sehat dan cerdas......?
Dari beberapa artikel yang pernah saya baca, ada salah satu hal sepele yang mungkin dianggap kecil dalam kehidupan sebagian orang, tapi tidak bagi saya..!.

Asap rokok dapat menyebabkan baby dan anak2 kita bodoh dan dungu, kira2 kata inilah yang pernah saya baca di salah satu blog yang mengulas tentang mengapa orang Yahudi pintar-pintar?

Dengan latar belakang keluarga dimana saya tumbuh dan besar dari seorang bapak yang saat itu seorang perokok. Masih ingat dalam ingatan ketika saya harus terus kunyam kunyem sepanjang jalan melafalkan merek rokok yang harus saya beli di toko mang kosim yang kebetulan agak jauh dari rumah saat masih SD dulu. Asap rokok yang mengepul sering kali menjadi pemandangan yang tidak asing saat bapak sedang ada di rumah.

Namun derita asap rokok akhirnya berakhir, seiring dengan pelukan serta ciuman manis untuk bapak yang berjuang mati-matian selama bertahun - tahun untuk lepas dari jeratan rokok. Dan mulai saat itu bapak selalu ngemut relaxa sebagai penggantinya, mungkin sebab itu pula yang menyebabkan beliau jadi sering sakit gigi, but its ok, sakit gigi tidaklah sebahaya dari sebab serta akibat yang dapat timbul karena rokok.
That's good daddy...... I'm proud of you....!!

Saat sekolah di SMU maka sayalah orang tepatnya siswa yang paling berada di barisan depan dan dengan lantang menyemangati pembina OSIS untuk melakukan rajia rokok.

Alhamdulillah, saya dipertemukan Allah dengan seorang pria yang benar-benar bebas asap rokok yang sekarang menjadi suami dan bapak anak-anak. Walau disisi lain adik serta mertua saya juga peroko .......

Jadi mengapa saya selalu snewen kalo bapaknya anak-anak berniat untuk berbenah rumah?
Salah satunya ya....alasan saya diatas tadi. Terbayang jelas akan begitu banyak asap roko yang menari-nari di depan mata saya hiks....Yang membuat saya membuka jendela dimalam gelap saat mengandung dulu. Dan itu pasti akan berhasil membuat saya keki abizzz.

So...please no tobaco. Biarkan rumah kita tetap sejuk dan bebas polusi asap roko yach pak.....


0 comments

February 12, 2009 | 7:41:00 AM

Halwa, sang motivator kecilku


Hari masih pagi, namun Halwa sudah siap sedia dengan seragam putih merah lengkap dengan rompi dan dasinya. 3 buah sosis goreng serta segelas susu coklat sudah berhasil membuat taburan bedak di sekitar mulutnya jadi acak-acakan.

Mandi sendiri, pakai kaus kaki sendiri dan bahkan memakai sepatupun dilakoninya sendiri. Walau dengan susah payah karena ternyata sepatu baru yang diperolehnya minggu lalu tak membuat Halwa nyaman untuk memakainya karena sedikit kebesaran, jadi sepatu hitam merk spooty tetap menjadi andalannya sampai sekarang.

Mematut diri di depan cermin adalah agenda acara selanjutnya. Om ujang, sopir jemputan sekolah Halwa agak terlambat menjemput hari ini. Tumben...padahal biasanya Halwa selalu dibuat sibuk karena seringkali jemputan datang disaat belum siap.
Harusnya teteh bilang ke om Ujang, jangan dijemput ke 2 soalnya teteh kan kasian mamah, sendiri aza di rumah, udah gitu ada adek baby nya...., komentarnya lucu.

Mah, uang jajan nya 2ribu aza yach...., teteh mau jajan 2ribu aza soalnya suka ilang terus. Ada yang ngodok kali...., jadi teteh simpan di saku dalam azza. tapi kurangnya mamah kasih buat jajan di warung teh ii yach.....!" ujarnya panjang lebar.
He he he...

Ach.... mamah sama bapak minta maaf yach teh!
Kadang teteh terlalu dituntut untuk serba bisa dan serba mampu. Menganggap teteh adalah seorang dewasa yang berbadan mungil. Mamah terlalu memaksakan teteh untuk mau mengerti akan keadaan.
Bukan karena mamah atau bapak tidak sayang ke teteh, tapi percayalah nak..., ini semua kami lakukan buat masa depan teteh.

Insya Allah mamah percaya dibalik semuanya pasti ada hikmah dan pembelajaran buat kita semua. Dan yang pasti mamah sangat bangga sama teteh, karena dibanding teman2 seusianya, teteh telah mampu menjadi anak yang baik dan sholihah. Kakak yang sangat sayang sama De Rara. Terima kasih ya teh..... karena dengan semangat yang teteh pompa, mamah senantiasa termotivasi dan kuat menjalani ujian panjang ini.


Untuk putri pertamaku tercinta
Halwa A. Nurdin


0 comments

February 09, 2009 | 11:57:00 AM

'Tidak", begitu sulit mengucapkannya


Ketika lidah tak pernah sanggup untuk berkata tidak. pada saat itupula mulai hati terluka. Kalau sudah begini pastilah perasaan yang seringkali jadi korban, tertekan akibat menanggung beban karena lidah yang lagi2 enggan atau mungkin bisa dikatakan tak mampu berkata "tidak" hiks......

Kelihatanya sepele yach, coba azza apa sich susahnya bilang "tidak" saat memang kamu benar-benar tidak menginginkan sesuatu. Tetapi yach begitulah bagi sebagian orang memang kadangkala sulit sekali untuk bisa menolak orang lain manakala ia ditawari sesuatu atau diajak melakukan sesuatu.

Jadi jurus jitu untuk menghindari hal - hal yang tidak di inginkan terjadi adalah :
1. Terima semua konsekwensi yang ada dengan ikhlas dan lapang dada.
Ga usah ngedumel apalagi mesti merasa terbebani.
2. Belajar berani mengatakan "tidak".
Daripada kedepannya jadi sesal yang menghantui pikiran, yo...wis...bilangsaja "tidak... atau " maaf saya "tidak bisa".... Habis perkara....hehehe

Semoga kedepannya ga ada lagi manyun2 sendiri menahan sesal atau marah karena ketidakmampuan diri untuk berkata "tidak". Semoga lain hari saya bisa menjadi diri sendiri dan tak perlu menjadi objek penderita karena ga tegaan sama orang, kasihan de el el amiin...... padahal malah seringkali diri sendiri yang dikorbankan.

Yach kalo begitu mari kita bersama belajar berkata T I D A K .......!!!!!!!!!


0 comments

February 08, 2009 | 9:20:00 PM

Rapuh


Kau tak tahu betapa rapuhnya aku
Bagai lapisan tipis air yang beku
Sentuhan lembut kan hancurkan aku

Walaupun cinta tak sempurna
Menghampiri ku seketika
Ku ingin kau tahu betapa rapuhnya aku

……………………………

Dan ku terluka, luka membekas
Bekas membuat, buat selamanya
Selamanya ku, ku kan selalu
Ku kan selalu rapuh

ku kan selalu rapuh….………….

Penggalan lagu yang di populerkan penyanyi pendatang baru Joeniar Arief sempat membuat saya tertegun. Kata demi kata dalam syair lagunya seolah menjadi gambaran keadaan saya sekarang.

Sendiri dirumah dengan kedua putri yang berusia 6,9th dan 3,5 bulan tidaklah semudah yang saya bayangkan sebelumnya. Malam – malam yang dilalui selalu dimulai oleh keraguan, ragu akan kemampuan diri saya sendiri. Akan mampukah saya melalui semuanya dengan mulus. Tanpa harus banyak menuntut pada anak pertama saya yang kadang kala dipaksa untuk dewasa melebihi usianya, melakukan sesuatu sendiri. Sebenarnya besar keinginan saya untuk selau bersamanya, menemani dan mendampinginya. Namun ingin hanya ingin dan asa tertahan oleh terbatasnya kemampuan. Karena dilain pihak masih ada satu baby dalam gendongan yang lebih membutuhkan perhatian saya.

Sore tadi air mata kembali menyapa saya. Dada yang terasa sesak karena tangis yang tertahan malah menjadikan rara ( anak kedua) saya menangis. Berjuta pertanyaan berkecamuk dalam hati. Sebenarnya apa yang kami cari dalam hidup? Sudahkah dalam letak yang benar jalan yang kami pilih kini? Betulkah apa yang kami lakukan ini untuk mengejar masa depan yang lebih baik, atau hanya ambisi semata…?

“Kabar Sepakan” sebuah acara talk show di stasiun tv swasta TV One yang saya tonton malam tadi menampilkan 2 wartawan Tv One yang baru saja dikirim ke Gaza untuk memberikan bantuan selama 33 hari. Fitri adalah seorang istri dari bpk Fitra (maaf saya lupa nama lengkap beliau) salah seorang wartawan tv one tadi. Ketika ditanya tentang bagaimana beliau memberikan izin kepada sang suami untuk pergi menjalankan tugas profesinya ke daerah konflik, beliau mengatakan bahwa ia ikhlas untuk melepas sang suami untuk pergi berjuang. Walau berbagai kemungkinan akan terjadi. Dan ia ditinggalkan bersama kedua putra mereka. Subhanallah…….

Tiba-tiba rasa malu menyergap saya dari segala penjuru hati. Mata saya yang masih sembab karena tangis yang tadi meledak seolah sirna. Bukankah apa yang kamu tidak suka itu bisa jadi baik untukmu….? Mungkin justru dalam sendiri saya bisa lebih banyak belajar dan memahami arti hidup yang sesungguhnya. Belajar menjadi istri shaliha dan ibu yang baik untuk anak2 saya. Bukankah istri yang shaliha harus bisa dan mampu untuk menjaga harta suaminya dikala suaminya itu tidak ada? Jadi tetap dirumah merupakan hal terbaik dibanding meninggalkannya. Apapun konsekwensi yang harus saya hadapi.

Seharusnya saya selalu tegar, lebih tepatnya berusaha untuk selau tegar dalam menjalani garis nasib yang telah tertulis. Berusaha selalu tersenyum diantara segudang kerjaan rumah dan seabrek masalah anak. Karena mereka lebih membutuhkan ibu yang kuat, ibu yang sobar, ibu yang pengertian. Walau dalam kesendirian.

Namun bagaimanapun "I’m not a super women……", jadi masih bolehkan menagis??? Bercanda dengan air mata mungkin akan sedikit membuat saya lega. Karena bagaimanapun dalam kesendirian saya tetap saja merasa……rapuh…….


0 comments