February 20, 2006 | 6:05:00 PM

Buramnya Cermin Diri


Saat hening menjelma dan kehampaan menyapa, anganku terbang bersama sunyi bercumbu, bercanda mengembara. Singgah dalam satu ruang pengap dan gelap, yang dingin...teramat dingin. Tulang dan sendi terasa ngilu dan lunglai, tertatih ku langkahkan kedua kaki mencoba membuang tanya dan rasa ingin tahu yang menyerbu, saat kedua mata nanar ini hinggap di sebuah benda yang sepertinya berkilat menyilaukan lalu hilang tersapu gelap.

Kedua tanganku kaku menggapai-gapai mencoba menyibak, oh..... ternyata sebuah cermin rupanya. Bingkai indah berukir terlihat kokoh, angkuh terpasang di dinding ruang pengap ini. Namun sayang sarang laba-laba dan debu menyelimutinya menenggelamkan keindahan dan cahayanya.

Dengan air mata dan peluh ku coba menyibak tirainya, membasahinya dengan do'a, membuang butir - butir debunya dan sirnakan noda yang menutupinya.
Ah..... sesak dada ini, lelah tangan ringkihku mencoba sirnakan onak durinya.

Suaraku parau bisikan sebaris kata dan berjuta do'a yang mengaung dalam jiwa. Rabbi.....bagaimana ku dapat bercermin, menatap setiap inci noda dalam raga dan jiwa, menelaah langkah dan membuka pintu hati yang lama terkunci? Sedangkan cermin diri ini tlah lama kaku dan penuh debu?

Biarkan tangan ringkih ini menyentuhnya yaa Rabb, kembali menata indahnya, raih semua cahayanya yang tlah lama terbang tersapu alfa dan dosa - dosa....

Tangis mengikutiku kini saat cermin yang tergantung di dinding kamarku hanya mendapati sesosok tubuh berlumur darah penuh luka, wajah yang dingin dan kaku bak seonggok mayat, hati yang buram ditinggal pergi kilaunya.

Ya Rabbi,
Aku takan mampu menemuimu dalam keadaan seperti ini, bahkan menghayalkan-Mu dan merindui-Mu kini ku rasa malu, tersipu.

Beri aku selalu kekuatan dan bimbingan-Mu, agar tangan ringkih dan tubuh lunglaiku mampu merengkuh-Mu.......


0 comments