Namanya Halwa Aulia Nurdin putri pertamaku yang lahir 3 tahun yang lalu. Ia anak yang manis dan agak malu-malu. Perasaannya agak halus hingga selalu saja ai menekuk bibirnya ke bawah dengan linangan air mata jika ada hal yang tidak sesuai dengan harapan dan keinginannya.
Ah…ia masih terlalu kecil, namun aku selalu saja menuntut lebih dari kemampuannya. Hardikku selalu saja terlontar manakala ia melakukan hal yang menurutku tidak baik, dan lagi-lagi ia menunduk dengan berlinang air mata.
Air matanya seolah pisau-pisau yang menancap di jantungku, terasa perih dan sakit. Rasa sesal membahana , harusnya aku tak sekeras itu padanya, bukankah ia hanya anak kecil yang belum mengerti apa arti dari setiap kata yang terucap dari bibirku kala nasihat-nasihatku mengalir tanpa henti.
Egois…kata yang tepat untuk ku sandang, mengapa aku kadang tak mau mengerti akan apa yang diinginkannya. Mengapa aku selalu saja kekanak-kanakan dalam menghadapinya. Mengapa dia harus selalu menurut akan apa yang ku katakana padanya. Mengapa ia harus menjadi sosok yang ku inginkan..????
Sebetulnya selama ini bukan ia yang nakal dan membuat ulah tetapi…..aku yang kurang bijaksana dalam bersikap terhadapnya.