August 24, 2005 | 1:18:00 PM

Ibu Berkain Lusuh dan Seikat Bayam



“Neng…..Neng…..!!!” suara seorang wanita terdengar memanggil-manggil di luar pagar rumah. Segera ku simpan sapu yang baru saja selesai ku gunakan untuk membersihkan lantai dapur pagi itu, dan bergegas keluar. Diluar nampak seorang wanita setengah baya dengan berselendang kain berwarna hijau tua agak lusuh yang berisi sayuran yang biasa ia jual kepada ibu-ibu di kompleks tempat tinggalku di Bandung.

“Punten bade tumaros, dupi itu kayu sareng beusi antena teh kagungan neng.? Masih kaangge henteu? (maaf mau Tanya, itu kayu dan besi antena bekas punya Neng? Masih dipakai tidak?) katanya dengan bahasa sundanya yang fasih.
“Sumuhun ibu leres.., mangga wae bilih bade diangge mah kaleresan tos henteu kaangge ku abdi oge bu..” (Iya betul bu, silahkan kalau mau ibu pakai, itu sudah tidak saya pakai)” Wajahnya berbinar, ada sebersit bahagia yang ku tangkap dari tatapan matanya. Ah…tiba-tiba ada haru yang menyeruak di hatiku saat itu. Hanya beberapa bilah kayu dan satu antena tv yang telah rusak yang ku geletakan begitu saja di pinggir tempat sampah depan rumahku ternyata bisa membuat ibu setengah baya itu cukup bahagia.

“Alhamdulillah, haturnuhun pisan muhun Neng…kangge suluh, kaleresan di bumi tos henteu kagungan suluh, sok sesah milarina ayeunamah neng, kebona tos seueur nu didamel perumahan” (Alhamdulillah, terimakasih banyak ya neng…, buat kayu bakar kebetulan dirumah sudah habis, sekarang susah mencari kayu bakar, kebun2 disini sudah banyak yang dijadikan perumahan”) jawabnya.
Kayu dan antena itu pun ia bawa dengan kedua tangannya yang terlihat sudah agak ringkih.

Aku masih di teras sambil menemani halwa bermain saat ibu tua itu kembali ke rumahku. Masih dengan menggendong kain hijau lusuhnya berisi kangkung dan bayam dagangannya yang ia petik sendiri dari kebunnya..
“Neng ieu ibu kagungan bayem sakedik, lumayan kangge nyayur” (Neng ini ibu punya bayam sedikit lumayan buat bikin sayur”) katanya sambil mengeluarkan seikat bayam dari kainnya itu.
“Euleuh ibu henteu kedah wios wae” ( aduh biar aja bu ngga’ usah”) jawabku yang merasa iba jika harus menerima pemberiannya.

Ah…bu, tahukah ibu jika saya saat itu begitu terharu dan kagum akan kegigihan ibu dalam mencari sesuap nasi yang halal. Andai saja ia mau, bisa saja ibu tadi mengambil kayu dan antena bekas yang tergeletak diluar karena pagi itu suasana telah sepi. Namun ibu setengah baya itu lebih memilih untuk menunggu yang punya rumah keluar demi meminta izinnya. Dan kembali untuk memberikan satu ikat bayam sebagai tanda terima kasihnya untukku. Begitu banyak pelajaran yang ku terima darinya..dari ibu setengah baya dengan kain lusuh yang selalu di bawanya.

Dengan segala keterbatasan yang ada ia tetap ingin untuk membalas budi baik yang telah ia terima. Lalu bagaimana dengan kita…? Acapkali kita lupa akan budi baik orang lain yang kita terima dan lebih menghitung-hitung sedikit budi yang kita beri pada sesama.
Ya Allah….lembutkan hatiku agar aku mudah untuk mengaca ilmu-Mu…amien.

Ket:
* Image foto diambil dari yahoo image
* Neng = panggilan untuk wanita bagi orang sunda


2 comments