Hampir 80% penduduk Singapore tinggal di rumah susun baik itu yang berupa apartemen, condominium atau HDB ( Housing & Development Board ). Gedung-gedung tinggi yang menjulang mencakar langit memenuhi setiap inci tanah di pulau kecil yang berbudaya dan bernama besar ini.
“itu rumah atau kandang burung sich…?” kira-kira begitulah komentar salah satu dari personel warkop DKI (dono, kasino, indro) dalam guyonanya pada suatu kali. Melihat tumpukan rumah yang padat ini mengingatkan kita akan kandang burung merpati memang. Tetapi ya inilah, rumah yang sebagian besar penduduk Singapore tempati. Namun toh sepertinya malah lebih teratur dan tersusun rapi.
Tak pernah terlintas dalam benak saya jika harus tinggal di rusun ini untuk waktu yang lumayan lama. Namun sekali lagi ya itulah hidup, nasib telah membawa saya untuk terpenjara diantara bangunan-bangunan yang menjulang ini. Mungkin saat ini saya cuma bisa pasrah dan tetap tak lelah berdo’a, semoga suatu hari nanti nasib akan membawa saya pada situasi dan lingkungan yang baru. Bukannya saya tidak mensyukuri nikmat Allah swt, tetapi tinggal di rusun memang telah membuat saya agak gimanna gitchu lho…!!!
Hanya pemandangan inilah yang setiap detik dan masa dapat saya nikmati dari balik jendela HDB yang saya tempati kini. Lumayan membuat boring dan menjadikan urat syaraf saya selalu tegang. Apalagi di gedung belakang sedang merenovasi lif yang suara-suara mesin dan alatnya memekakkan telinga ughhh….lengkap sudah penderitaan saya kini rasanya.. (walau sepertinya perasaan yang satu ini agak di paksakan ^_^ )
Rusun oh rusun…andai saya bisa memilih, akan lebih baik rasanya menempati sebuah rumah mungil yang berhalaman tidak begitu luas, dihiasi tanaman bunga dalam pot yang asri walau jika hujan jadi ngejajarin baskom karena bocor disana sini…hehehe…jadi inget rumah saya di Bandung. Walaupun BTN ( Bayar Tapi Nyicil ) dan sampe saat ini blom lunas (ssstt…jangan bilang sopo-sopo ya nyang ini rahassiaaa..) tapi damai di rumah sendiri, ya ngga..?.