November 28, 2005 | 2:37:00 PM

Mah....., Pak......., Maafkan Aku.


Sebetulnya saya tak ingin menangis pagi ini, sayang rasanya jika pagi yang cerah setelah beberapa hari hujan terus mengguyur harus dibasahi oleh air mata.
Namun lagi - lagi tetesan air mata tak mampu saya tahan lagi, akhirnya saya pasrah membiarkan segalanya berjalan tanpa mencoba membendung semuanya.

"Bapak dan mamah sedang kurang sehat, hari rabu kemarin bapak masuk UGD karena
panas demam yang diderita beliau dan mamah sedang flu berat."
Kira - kira beginilah isi SMS yang kami terima pagi ini dari adik bungsuku di Kuningan, Alhamdulillah ada SMS selanjutnya yang mengabarkan bahwa keadaan bapak sudah agak mendingan dan bisa kembali duduk di kursi depan rumah seperti yang biasa beliau lakukan setiap pagi dan sore.

Semenjak sebulan setelah hari pernikahan 4,5 tahun yang lalu, bentangan samudera telah memisahkan saya dari kedua orang tua. Waktu dan jarak membelenggu hati dan ingin yang begitu besar untuk senantiasa mendampingi dan menemani hari tua mereka.
Satu yang membuat saya tegar untuk tetap berjauhan dengan mamah dan bapak adalah karena saya sadar bahwa tempat bagi seorang istri adalah di samping suaminya.

Ingin hanya ingin, asa hanya sebatas damba. Hanya kepada-Nya saya titipkan mamah dan bapak. Semoga keduanya senantiasa ada dalam lindungan-Nya, dilimpahi kasih sayang dan kebahagiaan.

Hanya melalui do'a saya sapa hari - hari mereka, membisikan pinta kepada Yang Kuasa, merajut mimpi indah dalam bentangan sajadah.

Mah...., pak......, maafkanlah aku.
Maafkan atas segala keterbatasan dan kekurangan yang ada.
Maafkan karena berjuta jasa serta beribu cinta yang belum mampu ku balas.
Mah......, pak....., maafkan aku.
Maafkan karena baktiku padamu belum mampu berbuah dan kau tuai.


"Dalam sesal dan berjuta do'a"


7 comments